Jumat, 17 April 2015

Teori ekonomi Marxisme

Diantara sekian banyak pakar sosialis, pandangan karl hendrick marx dianggap paling berpengaruh. Dari segi teoritis, banyak pakar dan pemikir ekonomi mengakui bahwa argumentasi Marx sangat dalam. Toei teorinya tidak hanya didasarkan pda pandangan ekonomi saja tetapi juag melibatkan moral, etika, sosil, sejarah, politik, falsafah dan sebagainya.
Suatu hal yang istimewa dari teori Marx adalah hampir seluruh pandangan Marx diliputi oleh konflik. Ajaran Marx yang sangat penuih dengan konflik ini bisa jadi sangat dipengaruhi oleh kehidupan pribadi Marx sendiri. Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik pada kelas. Pada sistem liberal- kapitalis yang diamati oleh Marx ada sekelompok orang yaitu pemilik modal yang mengiasai kapital dipihak lain ada sekelompok orang dalam artian buruh sebagai konfloretar yang seperti sudah ditakdirkan  untuk selalu menduduki posisi kelas bawah. Jika tidak dilakukan sesuatu, demikian argumen Marx jumlah kaum nestapa ini akan semakin besar.
Alasan lain sistem perekonomian liberal harus diganti karena sistem liberal cenderung menciptakan masyarakat berkelas kelas yaitu: kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas kaum buruh yang sangat papa. Marx tidak menginginkan bentuk masyrakat berkelas kelas.
Dari segi ekonomi, Marx melihat dari segi akumulasi kapital dari tangan kapitaklisme memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yanag tinggi akan tetapi pembangunan dalam sistem kapitalisme sangat bisa terhadap pemilik modal. Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat perlu daiadakan perombakan struktur melalui reolusi sosial. Jika langkah ini berhasil, langkah berikutnya yang harus diambil ialah penataan kembali hubungan propesionalisme.
Menurut pengamatan Marx diseluruh dunia ini sepanjang jarak, kelas yang dibawah selalu berusaha untuk membebaskan dan meningkatkan status kesejahtraan mereka. Sekarang pun tidak terkecuali tetap ada perjuangan kelas. Menurut pandangan kaum Klasik nilai suatu barang harus sama dengan biaya biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut yang didalamnya sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah. Upah alami yang diterima oleh para buruh hanya sebagai penyambung hidup, secara subsistem yaitu untuk membeli kebutuhan yang sangat pokok pokok saja.
Menurut Marx nilai dari suatu komunitas dinilai dari nilai labor yang di ejawantahkan secara langsung maupun tidak langsung oleh komoditas plus laba. Marx tidak membantah bahwa dalam jangka pendek harga harga komoditas ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran sehingga harga yang terbentuk dipasar bisa berbeda dengan nilai labor yang terikut dalam komoditas yang bersangkutan. Bahkan, dalam jangka panjang Marx juga tau bahwa harga harga secara sistematis jauh dari nilai labor.
Setiap produk dari kerja manusia normalnya memiliki kegunaan, dia harus bisa memuaskan kebutuhan manusia. Kita oleh karena itu dapat mengatakan bahwa setiap produk kerja manusia memiliki nilai guna. Istilah “nilai guna” akan, bagaimanapun juga, digunakan dalam dua makna yang berbeda. Kita akan berbicara nilai guna sebuah komoditas; kita juga akan berbicara tentang nilai guna, saat kita merujuk, sebagai contoh, pada sebuah masyarakat dimana hanya nilai guna yang dihasilkan, itu untuk mengatakan, dimana produk diciptakan untuk konsumsi langsung baik oleh produsen itu sendiri atau oleh klas berkuasa yang mengambil alihnya.
Bersama dengan nilai guna tersebut, sebuah produk kerja manusia dapat juga memiliki nilai yang lain, sebuah nilai tukar. Hal tersebut dapat dihasilkan untuk pertukaran di pasar, dengan tujuan untuk dijual, ketimbang konsumsi langsung oleh produsen atau klas yang kaya. Sebuah produk massal yang telah diciptakan untuk tujuan dijual tidak dapat lagi dianggap sebagai produksi dari nilai guna yang sederhana; hal tersebut sekarang adalah sebuah produksi komoditas.
Komoditas, oleh karena itu, adalah produk yang diciptakan untuk dipertukarkan di pasar, bertentangan dengan produk yang dibuat untuk konsumsi langsung. Setiap komoditas harus memiliki baik nilai guna dan nilai tukar.
Komoditas harus memiliki nilai guna atau tidak ada orang yang akan membelinya, karena pembeli pada akhirnya memikirkan konsumsi, dengan memuaskan beberapa kekurangannya dengan pembelian tersebut. Sebuah komoditas tanpa nilai guna bagi siapapun akan berakibat tidak dapat dijual, akan menyusun sebuah produksi tak berguna, tidak akan memiliki nilai tukar karena dia tidak memiliki nilai guna.
Disisi yang lain, setiap produk yang memiliki nilai guna tidak serta merta memiliki nilai tukar. Dia memiliki nilai tukar hanya pada tingkatan bahwa masyarakat itu sendiri, dimana komoditas dihasilkan, didasarkan pada pertukaran, adalah sebuah masyarakat dimana pertukaran merupakan praktek yang umum.
Dalam masyarakat kapitalis, produksi komoditas, produksi nilai tukar, telah mencapai perkembangan terbesarnya. Hal tersebut adalah masyarakat pertama dalam sejarah manusia dimana bagian besar produksi terdiri dari komoditas. Adalah tidak benar, bagaimanapun juga, bahwa semua produksi dibawah kapitalisme adalah produksi komoditas. Dua kelas dari produk tetapi masih nilai guna.
Kelompok pertama terdiri dari semua hal yang diproduksi oleh petani untuk konsumsinya sendiri, semuanya dikonsumsi secara langsung di lahan pertanian dimana produk tersebut dihasilkan. Produksi untuk konsumsi-sendiri semacam itu oleh petani terdapat bahwa di negeri-negeri kapitalis maju seperti Amerika Serikat, meskipun hal tersebut hanya menyusun bagian kecil dari keseluruhan produksi pertanian. Secara umum, semakin terbelakang pertanian sebuah negeri, semakin besar bagian produksi pertanian yang menuju konsumsi-sendiri. Faktor tersebut membuatnya sangat sulit untuk menghitung dengan tepat pendapatan nasional negeri semacam itu.
Kelompok kedua produk dalam masyarakat kapitalis bukanlah komoditas tetapi tetap hanya nilai guna yang terdiri dari semua hal yang dihasilkan dirumah. Meskipun fakta bahwa cukup banyak kerja manusia terlibat dalam tipe produksi rumah tangga seperti itu, hal tersebut masih tetap merupakan sebuah produksi nilai guna dan bukan komoditas. Setiap saat ketika semangkuk sup dibuat atau sebuah kancing dijahit oleh seorang penjahit, hal tersebut menyusun produksi, tetapi bukanlah produksi untuk pasar.
Kemunculan produksi komoditi dan kemudian regularisasi dan jeneralisasinya telah secara radikal merubah cara kerja manusia dan bagaimana mereka mengorganisir masyarakat.
Menurut Marx, semua kelompok masyarakat akan mengalami fase fase sebagai berikut:
·         Komunisme primitif ( suku)
·         Perbudakan
·         Feodalisme
·         Kapitalisme
·         Sosialisme
·         Komunisme
 Menurut Marx, perubahan dari suatu fase ke fase berikutnya yang lebih maju terjadi karena kurang atau tidak seimbangnya kemajuan dalam teknologi dengan kemajuan dalam institusi. Teknologi merupakan suatu tenaga dinamis yang sangat penting dalam sejarah umat manusia, yang secara pasti dan tidak bisa dielakkan, selalu mengalami perubahan dari fase yang lebih rendah ke fase yang lebih tinggi.
Untuk melaksanakan pembangunan yang sesungguhnya, yang bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat, perlu dirombak struktur masyarakat itu sendiri. Beberapa program yang dianjurkan Marx untuk dilakukan setelah revolusi berhasil antara lain:
1. Penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah untuk tujuan- tujuan umum;
2. Program pajak pendapatan progresif atau gradual;
3. Penghapusan semua bentuk hak pewarisan;
4. Pemusatan kredit di tangan Negara;
5. Pemusatan alat- alat komunikasi dan transportasi di tangan Negara;
6. Pengembangan pabrik- pabrik dan alat- alat produksi milik Negara.
Marx membedakan fase sosialisme dengan komunisme penuh atau lengkap. Perbedaan di antara kedua fase tersebut dapat dilihat dari:
1. Produktivitas;
2. Hakikat manusia sebagai produsen;
3. Pembagian pendapatan.
Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Sementara itu, dalam fase komunisme penuh produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup.
Kesimpulannya, masalah- masalah seperti kelangkaan (scarcity ) dan insentif pribadi dengan sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai pada tahap komunisme penuh. Bahkan, uang tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap komunisme penuh tidak ada lagi soal kelangkaan, juga tidak ada lagi kelas- kelas masyarakat, pengisapan dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Bahkan, Negara dengan sendirinya juga hilang.
Menurut Karl Marx Pelaku utama dalam perubahan sosial bukanlah individu tertentu, tetapi kelas-kelas sosial. Bukan hanya kelas sosial apa yang ditemukan, tetapi struktur kekuasaan yang ada dalam kelas sosial tersebut. Menurut Marx, dalam kelas-kelas ada yang berkuasa dan yang dikuasai.
Jadi, dalam masyarakat kapitalis ada dua kelas yang saling membutuhkan dan saling bergantung, yaitu kelas buruh dan kelas kaum pemilik. Kaum buruh hanya dapat bekerja jika ada pemilik yang membuka lapangan pekerjaan. Dan para majikan hanya mendapat keuntungan jika para pekerja berkerja di tempatnya karena mereka yang beruntung mempunyai alat-alat produksi. Tetapi saling ketergantungan itu tidak terlalu adil khususnya bagi buruh karena kaum buruh tidak dapat hidup apabila tidak mendapat pekerjaan, sedangkan majikan walaupun tidak mendapat pendapatan karena tidak mempunyai para pekerja, tetapi mereka masih bisa hidup dari modal dan keuntungan yang dikumpulkan selama pabriknya berjalan dan ia pun masih bisa menjual pabriknya bila perlu. Dengan adanya anggapan seperti itu, bahwa kelas pemilik adalah kelas yang kuat dan para pekerja adalah kelas yang lemah.
Keuntungan yang diperoleh dari kelas atas dari kedudukan itu adalah bahwa mereka tidak perlu bekerja sendiri, karena dapat hidup dari keuntungan yang didapat dari para buruh yang bekerja. Hubungan antara kelas atas dan kelas bawah adalah suatu hubungan kekuasaan dengan tujuan kaum buruh agar tetap bekerja untuk kepentingan para majikan dengan cara menggunakan tenaga dari buruh. Karena itu, kelas atas adalah kelas penindas bagi kelas bawah.



Tidak ada komentar: