Senin, 18 Mei 2015

proposal penelitian sementara tentang implementasi kebijakan

Proposal penelitian
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN RASKIN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BONE

OLEH
Nama : Hairil Sakthi HR
Nim : E211 13 307



ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ( FISIP )
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Organisasi organisasi pemerintah selalu diwarnai oleh kegiatan kegiatan pembuatan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Setiap kegiatan dalam organisasi selalu dilakukan karena adanya kebijakan. Dengan katalain kebijakan melahirkan kegiatan kegiatan itu. Masalah yang menimbulkan dibentuknya kebijakan oleh organisasi pemerintah adalah masalah yang dirasakan dan dimiliki oleh masyarakat secara luas bukan masalah pribadi atau masalah kepentingan kelompok. Masalah masalah masyarakat luas yang dianggap oleh organisasi organisasi pemerintah merupakan masukan yang amat berguna dalam proses pembuatan kebijakan. Oleh sebab itu, kebijakan publik yang didasarkan pada persoalan persoalan yang tumbuh dalam masyrakat merupakan kebijakan yang tepat sasaran, akan tetapi pemerintah harus pandai dan terampil dalam menangkap gejolak yang menjadi masalah masyarakat secara luas.
Dalam arti yang luas kebijakan mempunyai dua aspek pokok yakni kebijakan sebagai praktik sosial , bukan event yang tunggal atau terisolir dan kebijakan sebagai suatu peristiwa yang timbul ountuk mendamaikan claim dari pihak pihak yang konflik atau menciptakan incentive bagi tindakan bersama bagi pihak pihak yang ikut menetapkan tujuan tetapi mendapatkan perlakuan yang tidak rasional dalam usaha bersama tersebut. Dari dua aspek tesebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan disatu pihak dapat berbentuk suatu usaha yang komplek dari masyrakat untuk kepentingan masyrakat, dan dilain pihak kebijakan merupakan suatu teknik atau cara mengatasi konflik dan menimbulkan insentif.
Pada dasarnya ada perbedaan antara konsep kebijakan dan kebijaksanaan. Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternatif yang siap dipilah berdasarkan prinsip prinsip tertentu. Sedangkan kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperboleh sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dan lain lain. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif yang bermuara kepada keputusan terhadap alternatif terbaik.
Ide kebijakan publik pertama kali dimukakan oleh John Dewey didalam bukunya logic: the theory on inquiry. Dewey memberikan perhatian terhadap sifat eksperimen dalam mengukur kebijakan ( policy ). Munculnya kebijakan publik dalam administrasi publik sebagian besar dikarenakan oleh bertambahnya tuntutan tuntutan msyrakat untuk mendapat kebijakan yang lebih baik. Orang orang senantiasa bertumpu secara ingstingtif kepada pemimpinya. Mereka percaya bahwa pemimpinya itu mengetahui apa yang sebaiknya dan harus dilakukan serta percaya bahwa mereka dapat  mengatasi isu isu, masalah yang timbul. Karena kepercayaan inilah pemeimpin dituntut untuk memberikan keputusan dan kebijaksanaan yang baik untuk kepentingan masyarakat.
Proses pembuatan kebijakan tidak lah mudah tapi memerlukan rasa tanggung jawab yang besar dan kemauaan untuk mengambil inisiatif dan risiko. Selain itu terdapat pula banyak kesulitannya terutama ketika informasi yang dibutuhkan tidak lengkap, bukti- bukti yang tidak bisa memberikan gambarabn kesimpulan, keinginan keinginan yang berbeda satu samalain, ramalan hasil yang tidak jelas, feedback yang sporadis, proses yang sulit dimengerti, dan termasuk pula tidak adanya partisipasi.  Sebagaimana diketahui bahwa suatu masyarakat itu tumbuh dan berkembang mulai dari kelompok kelompok kecil ke kelompok suku, dari kelompok suku ke bangsa dan berkembang ke suatu masyrakat internasional yang pada akhirnya timbul suatu masyarakat yang aturannya tidak bisa dihindari oleh setiap orang. Tidak ada satu orang pun yang mapu lari dari keputusan oranglain. Perluasan dan perkembangan suatu masyrakat tersebut telah menimbulkan adanya suatu proses pengambilan kebijakan yang semakin kompleks. Gejala ini membutuhkan adanya pemahaman terhadap persoalan persoalan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat, penemuan teknik dan cara pengambilan keputusan yang memenuhi persyaratan yang baik dan sistem efaluasi dari keputusan yang telah diambil sebeumnya.
Didalam masyrakat yang sederhana sejumlah kecil orang dapat memutuskan segala urusan dan mengetahui semua yang terjadi. Akan tetapi, didalan masyrakat yang lebih kompleks suatu keputusan diambil berdasarkan konsultasi bersama delegasi dan dilembagakan. Proses kebijakan publik adalah berhubungan dengan lembaga elit dan pengikutnya yang mempunyai ketidak samaan satu sama lain. 
Menurut Thomas R. Dye kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah baik untuk dilakukan maupun tidak dilakukan. Sedangkan menurut David Easton, kebijakan publik adalah aloksi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyrakat, tetapi hanya pemerintahlah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil hasil dari aloksi nilai nilai tersebut. Dalam pegertian seperti diatas maka dapat disimpulkan bahwa perhatian dari kebijakan publik tidak hanya pada apa saja yang dilakukan oleh pemerinthan melainkan termasuk juga apa saja ynag tidak dilakukan oleh pemerintah, justru dengan apa yang tidak dilakukan oleh pemerintah itu mempunnyai dampak yang cukuip besar terhadap masyarakat seperti halnya tindakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.(Miftah thoha, Dimensi dimensi prima ilmu administrasi negara; 2005)
  Thomas R. Dye mengemukakan pendapatnya tentang model kebijaan publik sebagai berikut :      1). Identifikasi masalah,                                      
2). Formulasi kebijakan.
3). Legitimasi                                                             
4). Implementasi.
5). Evaluasi.
Dan  menutut Williamm N. Dunn, model kebijakan publik terdiri dari :
1). Agenda setting.
2). Formulasi kebijakan.
3). Adopsi kebijakan.
4). Implementasi kebijakan.
5). Policy assegment.
Kebanyakan orang sering beranggapan bahwa implementasi hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan legislatif atau para pengambil keputusan, seolah olah tahapan ini tidaklah berpengaruh. Akan tetapi, dalam kenyataannya dapat dilihat senndiri bahwa bahwa betapa pun banya rancana yang telah dibuat tetapi tidak akan berguna apabila tidak dilaksanakan secara baik dan benar. Rencana tersebut memerlukan pelakasanaan yang benar benar jujur untuk mengahasilkan hasil yang seperti dengan tujuannya dan benar benar memperhatikan rambu rambu pemerintah yang berlaku. ( Harbani pasolong, teori administrasi publik : hal 57 )
Sayangnya implementasi ini sering digunakan sebagai ajang melayani kepentingan kelompok, pribadi dan bahkan  kepentingan partai. Implementasi pada dasarnya operasionalisasi dari berbagai aktifitas guna mencapai tujuan. Hinggis (1985), mendefenisikan inplementasi sebagai rangkuman dari berbagai kegiatan yang didialamnya sumberdaya manusia menggunakan sumberdaya yang lain untuk mencapai sasaran strategi. Hal ini senada pula dengan yang dikemukakan oleh Gordon (1986) yang mengatakan bahwa implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada realisasi program.
Dalam hal implementasi administrator mengatur cara untuk mengorganisir, menginterperetasikan dan menerapakan kebijakan ynag yang telah diseleksi. Mengorganisir berarti mengatur sumberdaya unit unit dan metode pelaksanaan program. Melakukan interpretasi berkenaan dengan mendefenisiskan istilah istilah program kedalam rencana rencana dan petunjuk yang dapat diterima dan feasible. Menerapkan berarti menggunakan instrumen instrumen pekerjaan atau memberikan pelayanan rutin serta melakukan pembayaran pembayaran. Atau dengan kata lain implementasi merupakan tahap realisasi tujuan tujuan program. Dalam hal ini diperlukan perhatian terhadap persiapan implementasi yaitu memikirkan dan menghitung secara matang berbagai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan, termasuk hambatan atau peluang peluang yang ada dan kemepuan organisasi yang diserahi tugas melaksanakan program.
Menurut D. L Weimer dan Aidan R. Vining (1999:398) setelah mempelajari berbagai literatur tentang implementasi. Menurut mereka ada tiga faktor umum yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan yaitu : (1) logika yang duguakan oleh suatu kebijakan, yaitu seberapa benar teori yang menjadi landasan kebijakan atau seberapa jauh hubungan logis antara kegiatan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. (2) hakekat kerjasama yang dibutuhkan, yaitu apakah semua pihak yang terlibat dalam kerjasama telah merupakan suatu assembling produkti. (3) ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, komitmen untuk mengelola pelaksanaan program kebijakan.
Grindle (1980) yang mengatakan bahwa implementasi sering dilihat dari berbagai suatu proses yang penuh dengan muatan politik dimana mereka yang berkepentingan  berusaha sedapat mungkin untuk mempengaruhinya, dan Bernadine R. Wijaya dan Susilo Supardo (2006:81) mengatakan bahwa implementasi adalah proses mentranspormasi suatu rencana kedalam praktik. Grover Starling dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa dalam program opreasi atau implementasi kebijakan sangat diperlukanya desain kebijakan, model jadwal, kepetusan inisiatif, penentuan biaya permintaan yang elastis dan skenario, karena hal hal tesebut diatas dapat mempengaruhi berjalan atau tidaknya suatu kebijakan atau program yang akan diimplementasi.
Kemiskinan merupakan salah satu pernasalahan besar yang belum terselesaikan di Indonesia. Kebijakan pemerintahpun terasa terbatas dan gagal dalam menanggulanginya, sehingga tidak ada satu titik kepastian kapan akan surutnya deretan angka kemiskinan. Program raskin merupakan salah satu program-program penanggulangan kemiskinan yang didasarkan pada prinsip penghormatan, penghargaan,dan pemenuhan hak-hak dasar bagi masyarakat miskin. Raskin merupakan bagian dari penanggulangan kemiskinan yang menjadi salah satu prioritas kebijakan dan program pemerintah. Program Raskin sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan kluster 1 termasuk bantuan sosial berbasis keluarga yang sudah berjalan rutin sejak tahun 1998.
Melalui program ini pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat miskin untuk mendapatkan hak atas pangan. Program Raskin bagi masyarakat berpendapatan rendah merupakan Program Nasional Lintas Sektoral baik horizontal maupun vertikal, yang bertujuan untuk membantu mencukupi kebutuhna beras masyarakat berpendapatan rendah.secara horizontal Kementrian/Lembaga yang terkait memberikan konstribusi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yang meliputi Perencanaan dan Penyediaan Anggaran Subsisdi, penentuan RTS dan Pagu Raskin, Penanganan Pengaduan masyarakat, Pengawasan dan Pengendalian Program serta koordinasi dengan Pemerintah Daerah. Tapi  pada kenyataannya program Raskin bagi masyrakat miskin  masih  memiliki  kendala yang terkait dengan proses implementasi raskin yakni pertama, penepatan daftar nama-nama RTS-PM yang tidak sesuai; kedua, kurangnya koordinasi antara pihak penyelenggara pelaksanaan distribusi raskin; ketiga, kurangnya pengawasan pemerintah yang berwenang terhadap proses penyaluran raskin dan yang terakhir kurangnya sosialisasi alam rangka program penyaluran raskin.(hasil penelitian  Aswardi tahun 2015 dikabupaten Bone
B.      Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
 Dalam pembuatan kebijakan, pemertintah tidak hanya langsung membuat aturan atau kebijakan tapi pemerintah harus juga memperhatikan model model kebijakan publik. Sebagaimana diketahui bahwa dalam model model kebijakan publik terdapat banyak jenis model kebijakan publik terutama model model yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satu contoh model kebijakan publik yakni yang dikemukakan oleh James A Anderson  adalah sebagai berikut
1)      Formulasi masalah
2)      Agenda setting
3)      Formulasi kebijakan
4)      Adopsi kebijakan
5)      Implementasi kebijakan
6)      Evaluasi kebijakan
Untuk batasan masalah, dalam hal ini penulis hanya membahas masalah yang berkaitan dengan implementasi kebijakan. Terutama “Implementasi kebijakan program Raskin Di Kabupaten Bone”


C.     Pokok Permasalahan
            Dalam implementasi kebijakan terutama program Raskin, biasanya banyak masalah masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kebijakan seperti, :
1)      Bagaimana prosedur pelaksanaan dari pemberian Raskin.
2)      Mengapa dalam pemberian Raskin, sering kali didapati pemberian raskin yang tidak tepat sasaran.
D.     Tujuan Penelitian
          Dari pokok permasalahan diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan dari penelitian ini dibuat yaitu :
1)      Mengetahui prosedur pelaksanaan dari penyaluran raskin
2)      Mengetahui sebab dari pemberian raskin yang tidak tepat sasaran.







Bab II Tinjauan Pustaka
A.      Defenisi
1.      Thomas R. Dye (1981:2), kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah baik untuk dilakukan maupun tidak dilakukan.
2.      David Easton (1953:129), kebijakan publik adalah aloksi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyrakat, tetapi hanya pemerintahlah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil hasil dari aloksi nilai nilai tersebut.
3.      Harold lasswell (1970:71) kebijakan dapat dirumuskan sebagai suatu program yang diproyeksikan dari tujuan tujuan, nilai nilai, dan praktika praktika.
4.      Chandler dan Plano (1988: 107) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk mencegah masalah publik atau pemerintah.
Defenisi kebijakan publik diatas dapat dikatakan bahwa kebijakan publik dibuat oleh pemerintahan yang berupa tindakan tindakan pemerintah, kebijakan publik harus berorientasi kepada kepentingan publik dan kebijakan publik adalah adalah tindakan pemelihan alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik.
B.     Konsep Teori
1.      Hinggis (1985), mendefenisikan inplementasi sebagai rangkuman dari berbagai kegiatan yang didialamnya sumberdaya manusia menggunakan sumberdaya yang lain untuk mencapai sasaran strategi.
2.      Gordon (1986) yang mengatakan bahwa implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada realisasi program.
3.      Grindle (1980) yang mengatakan bahwa implementasi sering dilihat dari berbagai suatu proses yang penuh dengan muatan politik dimana mereka yang berkepentingan  berusaha sedapat mungkin untuk mempengaruhinya.
4.      Bernadine R. Wijaya dan Susilo Supardo (2006:81) mengatakan bahwa implementasi adalah proses mentranspormasi suatu rencana kedalam praktik.
Dalam implementasi kebijakan atau program terdapat berbagai hambatan. Gow dan Morss mengungkapkan bahwa hal hal yang dapat menjadi penghambat terlaksananya implementasi kebijakan yaitu :
1)      Hambatan politik, ekonomi, dan lingkungan.
2)      Kelemahan institusi.
3)      Ketidakmampuan SDM dibidang teknis dan adminstratif.
4)      Kekurangan dalam bantuan teknis.
5)      Kurangnya desentralisasi dan pertisipasi.
6)      Pengaturan waktu ( time Schedule ).
7)      Sistem informasi yang tidak mendukung.
8)      Perbedaan agenda tujuan antara aktor.
9)      Dukungan yang berkesinambungan.
Semua hambatan ini dapat dengan mudah dibedakan atas hambatan dari luar dan dari dalam . hambatan dari dalam dapat dilihat dengan ketersediaan sumberdaya manusia, dana, struktur organisasi, informasi, saran dan fasilitas yang dimiliki serta aturan, sistem dan prosedur yang digunakan. Dan hambtan dari luar dapat dibedakan atas semua kekuatan yang bepengaruh langsung ataupun tidak langsung kepada proses implementasi itu sendiri, seperti peraturan atau kebijakan pemerintah, kelompok sasaran, kecendrungan ekonomi, politik, kondisi sosial budaya dan sebagainya. 
C.    Landasan Pemikiran
Teori Implementasi menurut Edward III menjelaskan bahwa terdapat empat variable kritis dalam implementasi kebijakan public atau program diantaranya, (communications) komunikasi atau kejelasan informasi, (resources) konsistensi informasi, ketersediaan sumberdaya dalam jumlah dan mutu tertentu, (disposition) sikap dan komitment dari pelaksana program atau kebijakan birokrat, dan (bureaucratic strucuture) struktur birokrasi atau standar operasi yang mengatur tata kerja dan tata laksana.(1980. Implementing Public Policy).
Menurut D. L Weimer dan Aidan R. Vining (1999:398) setelah mempelajari berbagai literatur tentang implementasi. Menurut mereka ada tiga faktor umum yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan yaitu : (1) logika yang duguakan oleh suatu kebijakan, yaitu seberapa benar teori yang menjadi landasan kebijakan atau seberapa jauh hubungan logis antara kegiatan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. (2) hakekat kerjasama yang dibutuhkan, yaitu apakah semua pihak yang terlibat dalam kerjasama telah merupakan suatu assembling produkti. (3) ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, komitmen untuk mengelola pelaksanaan program kebijakan.







D.    Kerangka Pemikiran

Kebijakan publik

Hal yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edwar III
1.      Communications
2.      Resources
3.      Disposition
4.      Bureaucratic strucuture

Hal yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan menurut D. L Weimer dan Aidan R. Vining
1.       logika yang duguakan oleh suatu kebijakan
2.       hakekat kerjasama yang dibutuhkan
3.       ketersediaan sumber daya manusia

1.      Agenda setting.
2.      Formulasi kebijakan.
3.      Adopsi kebijakan.
4.      Implementasi kebijakan.
5.      Policy assegment.

 















E.     Hipotesis
Menurut saya Program Raskin pada dasarnya belum terlaksana dengan baik disebakan karena kurangnya sosialisasi dan kurangnya kesadaran serta tanggung jawab dari pemerintah sehingga menyebabkan banyak masyarakat miskin tidak mengetahui hak haknya dalam pengambilan raskin dan banyaknya penyimpangan penyimpangan seperti banyaknya orang yang tidak berhak menerima raskin tapi pada kenyataanya mereka menerima raskin dikarenakan memiliki hubungan kekeluargaan dengan petugas pemberi raskin ( Nepotisme ) padahal dalam peraturan pemerintah dengan jelas diterangkan tentang kriteria dan jenis jenis orang yang berhak mendapatkan raskin.



Bab III Metode Penelitian
A.    Tipe dan Dasar Penelitian
1.      Paradigma penelitian

Pada dasarnya penyusun akan menggunakan teknik kualitatif dalam proses pengambilan dan proses analisis data data yang didapatkan dari hasil penelitian ini. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metedologi yang menyelidiki suatu penomena sosial dan masalah manusia. Menurut Denzin dan Licoln ( 2009 ), kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas atau frekuensinya. Dalam penelitian kualitatif, penelitian bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan dan berakhir dengan suatu teori.
Penelitian kualitiatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bakal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstroksi objek teliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini menekankan pada makna terkait nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, menegtahui makna yang tersembunyi untuk memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastika kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field study. (Muhammad Nazir, 1986:159) 
Jadi yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. 

2.      Tipe penelitian
Pada dasarnya penyusun akan menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatau gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Deskripsi merupakan pertanyaan faktual dalam peristiwa sejarah meliputi what, where, when, & who.
Penelitian ini kadang berawal dari hipotesis, kadang juga tidak, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada, dan dapat menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.
3.      Unit analisis
Sebagaimana diketahui bahwa dalam proposal penelitian ini ini membahas mengenai analisis implementasi program raskin di kabupaten Bone, maka dari itu yang menjadi unit analisis dari penelitian ini adalah individu. Dalam hal ini individu yang menjadi patokan atau tolak ukur berhasil atau tidaknya implementasi dari program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Bone.
B.     Lokasi dan Waktu penelitian
Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan judul dari proposal penelitian ini, maka yang menjadi lokasi penelitian adalah daerah Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi selatan, Indonesia. Dan berkaitan dengan waktu penelitan maka penyusun membuat gambarannya
No
Nama kegiatan
Waktu pelaksanaan
1
Pembuatan dan penetapan judul proposal penelitian
15 – 19 Februari 2017
2
Pembuatan proposal penelitian
19 – 1 Maret 2017
3
Seminar Proposal
5 Maret 2017
4
Pembuatan angket dan Kuesioner
( perlengkapan penelitian )
6 – 10 Maret 2017
5
Penelitian
11 – 25 Maret 2017
6
Analisis data
26 Maret 2017
7
Seminar hasil penelitian
30 Maret 2017
dalam bentuk tabel yakni sebagai berikut :

C.    Objek penelitian dan Teknik pengambilan Sampel
Yang menjadi objek penelitian dari penelitian ini adalah warga kabupaten Bone yang terdaftar namanya dan mendapatkan sumbangan dari pemerintah melalui program raskin yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bone. Adapaun teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik probability sample dengan sampel yang sudah jelas yakni dengan cara Simple Random Sampling. Probability sample adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki peluang tidak nol. Teknik ini melibatkan pengambilan acak (dikocok) dari suatu populasi. Dan Simple Random Sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling. Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.
D.    Teknik pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data yang berdasarkan caranya terbagi menjadi tiga yaitu:
1.      Angket ( kuesioner )
2.      Wawancara ( interview )
3.      Observasi
Dalam hal ini penulis akan menggunakan cara observasi dan wawancara. Sebagaimana diketahui bahwa observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku atau suasana yang berkenaan dengan makhluk serta dengan tujuan tujuan empiris.
Berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang orang yang diamati maka observasi dapat dibedakan atas dua jenis yaitu:
1.         Observasi partisipan merupakan observasi dimana pengamat ikut serta terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati seolah olah merupakan bagian dari mereka.
2.         Observasi tak partisipan merupakan observasi dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan kegiatan yang mereka lakukan.
Berdasarkan cara pengamat yang dilakukan, observasi dapat dibedakan atas dua yaitu :
1.         Observasi berstruktur merupakan observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya menggunakan pedoman pengamatan.
2.         Observasi tak berstruktur merupakan observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas.
Dan wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban jawaban responden dicatat atau direkam. Teknik wawancara dapat dibedakan atas dua yaitu:
1.         Wawancara berstruktur merupakan teknik wawancara dimana pewawancara menggunakan ( mempersiapkan ) daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai pedoman saat melakukan wawancara.
2.         Wawancara tidak berstruktur merupakan teknik wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan daftar pernyataan atau daftar isian sebgai penuntun selama dalam proses wawancara.
Setelah melihat defenisi dan jenis serta teknik pengambilan data maka penulis berencana akan menggunakan teknik pengumpulan data jenis observasi berstuktur dan wawancara tersrukur. Dimana observasi dilakukan dalam hal mengamati dan terjun langsung untuk membantu dan mengamati proses implementasi pemberian raskin dikabupaten Bone sedangkan untuk wawancara terstruktur penulis akan mewawancarai warga yang mendapat bantuan dari program raskin mengenai kepuasan dan hak hak mereka terkait dengan pemebrian bantuan raskin.
E.     Teknik analisis data
Sebelum melakukan penelitian hal yang harus dilakukan terhadap data ini adalah melakukan uji coba untuk melihat validitas dan realibilitas data. Sehingga ketika data itu diberikan kepada masyarakat data tersebut telah benar dan akan menghasilkan hasil yang konstan bila dilakukan berulang ulang. Analisis lain yang harus dilakukan juga untuk penelitian ini adalah : uji validitas, uji realibilatas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran. Untuk penjelasan setiap bagianya adalah sebagai berikut :
1.      Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu data ( Arikunto, 2002:144 ). Sebuah data dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkakan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
2.      Realibilitas adalah ketepatan alat dalam mengukur apa yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. ( Nana Sudjana dan Ibrahim 2001)    
            Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan sehubungan dengan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.         Studi kepustakaan (penelaahan terhadap dokumen tertulis) yaitu dilakukan dengan mencari data-data pada berbagai literatur baik berupa buku-buku, dokumen-dokumen, artikel di internet, bulletin, makalah-makalah hasil penelitian serta referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
2.      Observasi langsung adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan

3.      Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan keterangan-keterangan lisan melalui dialog langsung antara peneliti dengan para informan kunci secara mendalam dan terbuka. Dalam hal ini, jumlah informan tidak dibatasi tergantung pada kebutuhan data.

Tidak ada komentar: